Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Kognitif dan
Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori
belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar
kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Belajar
kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model
perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman
yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif,menjelaskan
pengertian pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. Untuk meningkatkan
kemampuan berfikir siswa, dan membantu siswa menjadi pembelajar yang
sukses, maka pengajar yang menganut paham Kognitivisme banyak melibatkan siswa
dalam kegiatan dimana faktor motivasi, kemampuan problem solving, strategi
belajar, memory retention skill sering ditekankan.
Prinsip-Prinsip
Teori Belajar Kognitif
Berdasarkan
pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip-
prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:
a. Pembelajaran merupakan suatu
perubahan status pengetahuan
b. Peserta didik merupakan
peserta aktif didalam proses pembelajaran
c. Menekankan pada pola pikir
peserta didik
d. Berpusat pada cara peserta
didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya
e. Menekankan pada pengalaman
belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri
peserta didik
f. Menerapkan reward and
punishment
g. Hasil pembelajaran tidak hanya
tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta
didik memproses informasi tersebut.
Macam - macam teori belajar kognitif
- Teori belajar Pengolahan Informasi
Gambar
tersebut menunjukkan titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan informasi. Apabila
informasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori jangka
pendek dan sistem penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam kedua
penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke
dalam memori jangka panjang. Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena
informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori
jangka panjang.
- Teori belajar Kontruktivisme
Teori
belajar Kontruktivisme memandang bahwa:
· Belajar berarti mengkontruksikan makna atas
informasi dari masukan yang masuk ke dalam otak.
· Peserta didik harus menemukan dan
mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.
· Peserta didik sebagai individu yang selalu
memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip - prinsip yang telah
ada dan merevisi prinsip - prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak bisa
digunakan lagi.
· Peserta didik mengkontruksikan pengetahuannya sendiri
melalui interaksi dengan lingkungannya.
Teori Belajar Menurut Beberapa Pakar
1. Piaget
Menurut Piaget (Uno,2006: 10-11)
salah satu penganut aliran kognitif yang kuat, proses belajar sebenarnya
terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi
(penyimpangan).
- Proses asimilasi adalah proses penyatuan (engintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
- Proses akomodai adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru.
- Proses ekulibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus
disesuaikan dengan empat tahapan, antara lain:
a.
Tahap
Sensori Motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini seorang anak mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik
dan mental menjadi rangkaian pembuatan yang bermakna.
b.
Tahap
pra-operassional (2-7 tahun)
Pada tahap ini seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus
yang didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk
melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu seecara konsisten.
c.
Tahap operasional
konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini seorang anak dapat membuat kesimpulan dari seesuatu pada
situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan
dua aspek dari situasi nyata secara bersama-sama (misalnya, antara bentuk dan
ukuran).
d.
Tahap
operasional formal (11 tahun keatas)
Pada tahap ini kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda
nyata. Selain itu pula kemampuan menalar secara abstrak meningkat sehingga
seseorang mampu untuk berfikir secara deduktif. Dan juga pada tahap ini,
seseorang mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara bersama-sama.
Para pengikut Piaget menyakini
bahwa pengalaman belajar aktif cenderung meningkatkan perkembangan kognitif,
sedangkan pengalaman belajar pasif cenderung mempunyai akibat yang lebih
sedikit dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak. Aktif dalam arti bahwa
siswa melibatkan mentalnya selama memanipulasi benda-benda konkret.
2. Bruner
Bruner mengusulkan teori yang disebut free Discovery learning (
Uno, 2008:12). Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan
(termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) sebagai contoh-contoh yang
mengambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.
Menurut pandangan Bruner (Uno,
2008 :13), teori belajar bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran
bersifat preskriptif. Misalnya, teori belajar memprediksi berapa usia maksimum
seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran
mengguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan penjumlahan. Menurut Bnuner,
perkembangan kognitif seseorang terjadi tiga tahap yang ditentukan oleh caranya
melihat lingkungan, yaitu sebagai berikut:
a.
Tahap
enaktif
Seseorang
melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan
sekitarnya. Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat
abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan
demikian, topik pembelajaran tersebut dipresentasikan atau diwujudkan dalam
bentuk benda-benda nyata.
b.
Tahap
ikonik
Tahap
pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak, dipelajari siswa
dengan menggunkan ikon, gambar dan diagram yang menggambarkan kegiatan nyata
dengan benda-benda konkret. Dengan demikian, topik pembelajaran yang bersifat
abstrak ini telah direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda
nyata yang dapat diamati siswa, lalu dipresentasikan atau diwujudkan dalam
gambar atau diagram yang bersifat semi-konkret.
c.
Tahap
simbolik
Seseorang
telah mampu mempunyai ide-ide abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuanya
dalam berbahasa atau logika. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami
konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada
suatu kesimpulan (discovery learning).
3. David P. Ausubel
Teori ini disebut juga teori hafalan ( rote learning) sebagaimana
pernyataan yang dikutip (Bell, 1978:132) berikut: “…, if the learner’s
intention is to memorise it verbatim as a series of arbitrarily related word,
both the learning process and the learning outcome must necessarily be rote and
meaningless ( jika seseorang, contohnya si siswa tadi, berkeinginan untuk
mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain sudah
diketahuinya, maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan
sebagai hafalan dan tidak bermakna sama sekali baginya.”
Kelemahan lain belajar hafalan
adalah seseorang kemungkinan besar tidak dapat menjawab soal baru lainya, karena
materi matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-pisah, namun merupakan
suatu pengetahuan yang utuh dan saling berkait antara yang satu dan yang
lainya, setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan keterampilan dasar
terlebih dahulu. Setelah itu siswa harus mampu megaitkan antara pengetahuan
yang baru dan pengetahuan yang sudah dipunyanya agar terjadi suatu proses
pembelajarn yang berrmakna (meaningful learning).
Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif
Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna,
demikian pula dengan teori belajar kognitif. Berikut adalah beberapa kelebihan
dan kelemahan teori kognitif
Kelebihan teori belajar kognitif :
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Kelemahan teori belajar kognitif :
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan
b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih
belum tuntas
Aplikasi
Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Kebebasan dan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih
bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarnya mengkuti prinsip - prinsp
sebagai berikut :
- Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap - tahap tertentu.
- Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda - benda konkret.
- Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan seswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
- Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
- Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi belajar disusun dengan menggunakan pola dan atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
- Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
Komentar
Posting Komentar