Refleksi teori kontriktivistik



Refleksi teori kontriktivistik
Senin, 20 Februari 2017

Teori kontriktivistik merupakan bentuk belajar yang tidak hanya sekedar menghafal melainkan membangun keterampilan dari siswanya.

Tujuan :
1.      Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2.  Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
3.    Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian daan pemahaman konsep secara lengkap.
4.     Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5.     Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Teori kontriktivistik menurut beberapa tokoh :
  1. John Dewey : Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada siswa (SCL = Student-Centered Learning) dalam konteks pengalaman sosial, kesadaran sosial menjadi tujuan dari semua pendidikan, guru bertindak sebagai fasilitator.
  2. Jean Piaget : Pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Proses belajar terdiri dari 3 tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan).
  3. Lev Vygotsky : Belajar dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik

Ciri-ciri belajar dalam teori konstruktivistik :
1.      Memberi peluang kepada peserta didik dalam memperoleh pengetahuan baru
2.      Menggalakkan persoalan/idea yang kemudian digunakan sebagai pembelajaran
3.      Menyokong pembeljaran secara koperatif
4.      Menggalakkan dan menerima daya usaha dan autonomi murid
5.      Menggalakkan peserta didik bertanya dan dialog antar peserta didik dan pendidik
6.      Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama pentingnya dengan hasil
7.      Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan experiment

Prinsip-prinsip teori kontriktivisme :
1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial.
2.  Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali melalui keaktifan siswa sendiri untuk menalar.
3.   Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah.
4.   Guru sekedar membantu  menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa dapat terlaksana.

1.      Guru hanya sebagai stimulus bagi siswa
2.      Siswa hanya memberi suatu dugaan sementara
3.      Siswa memberikan solusi dan pendapat
4.      Guru memberikan konsep suatu materi dan siswa mampu menyimpulkan

Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan :
a.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan
b.      Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang dimiliki siswa
c.       Memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya
d.      Memberi kesempatan pada siswa untuk mencoba hal baru
e.  Memberikan lingkungan belajar yang kondusif  yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan
Kekurangan :
a.       Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
b.      Menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri
c.       Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIO KULTURAL DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN

REFLEKSI PEMBELAJARAN KOOPERATIF